Minggu, 22 Juni 2014

Say No To Revenge



    Pada dasarnya dendam merupakan bentuk pertahanan alamiah manusia terhadap serangan musuh. Dalam sejarah umat manusia, balas dendam kerap kali menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Balas dendam juga dipandang sebagai pilihan yang terhormat untuk menegakkan wibawa dan harga diri. Banyak orang yang merasa bangga jika ia memiliki dendam dalam hidupnya. Itulah sebabnya, sejarah hidup umat manusia didunia ini dipenuhi oleh peristiwa dendam yang menelan korban sia-sia.

    Kita sebagai manusia yang berpendidikan harus waspada terhadap bahaya pembalasan dendam sebagai solusi sakit hati atau luka batin yang kita rasakan. Hal yang salah dari pembalasan sebagai motif menyelesaikan masalah adalah bahwa kita membalas kejahatan dengan kejahatan atau melawan kekerasan dengan kekerasan. Harus kita ketahui bahwa jika kita menyimpan dendam terhadap orang lain, maka dendam tersebut akan mengakibatkan lebih banyak keerusakan psikologis kepada kita ketimbang orang yang melakukan kesalahan terhadap kita. Tindakan pembalasan menjauhkan kita dari kebahagiaan hidup karena kita mengabaikan pengampunan atau maaf yang mendamaikan kita dengan rasa sakit yang kita alami.
    
    Dendam dapat bermula dari berbagai hal seperti rasa sakit hati karena dipermalukan oleh orang terdekat kita seperti saudara, teman, bahkan orang yang kita cintai. Seperti yang tertulis dalam buku berjudul The Road To Allah. "Dendam adalah rasa marah yang kita simpan jauh dalam hati, sehingga merusakkan hati kita sedikit demi sedikit. 

Akibat menyimpan dendam, kita mengalami tekanan berpanjangan".

    Ada beberapa orang yang menghabiskan waktu dan hidupnya untuk membalaskan rasa sakit hatinya sampai mengabaikan kesehatannya karena disebabkan hatinya dikuasai dendam, tetapi dia tidak dapat melampiaskan dendamnya. Dendam dihati tidak hanya menyebabkan sakit hati, bahkan mungkin juga mengganggu kesehatan tubuh kita. Dalam dendam memang selalu ada kebencian, marah, kecewa, putus asa, dan hampa karena dendam itu tidak terbalaskan.

    Namun pembalasan dendam yang terbalaskan tidak semata-mata membuat orang tersebut puas akan pembalasan tersebut. Seperti dikutip dalam sebuah penelitian yang berjudul The Paradoxical Consequences of Revenge menyatakan bahwa "orang yang berharap bisa puas karena balas dendam justru mendapat ketidak puasan yang berkepanjangan". Alasannya karena orang yang sudah membalas dendam cenderung akan terus memikirkan, merenungkan, dan mengenang orang yang menyakitinya, sementara orang yang tidak membalas dendam cenderung melanjutkan hidupnya dan tidak memusingkan orang yang menyakitinya.

    Kita semua tau bahwa konflik akan selalu datang menghampiri kita, yang mengakibatkan rasa sakit. Dan kita juga tidak selalu dapat menghindari konflik tersebut. Namun kita bisa menghindari aksi balas dendam agar kita dapat terhindar dari efek balas dendam yang mengerikan ataupun penyakit di sepanjang hidup kita. Balas dendam hanya membuat kita terlihat sama dengan orang yang menyakiti kita, walaupun alasannya untuk membela diri. Karena ketika orang lain menyakiti kita, dia menang untuk sementara dan ketika kita balas dendam, dia akan menang untuk kedua kalinya. 

    Bahkan dalam agama kita tidak diperbolehkan untuk membalas dendam terhadap orang yang menyakiti kita, seperti kutipan dibawah ini:


Nabi Musa a.s pernah mengajukan pertanyaan kepada Allah, siapa diantara hamba - hamba-Nya yang lebih mulia menurut padangan Allah, Allah menerangkan kepadanya :" Mereka adalah orang yang berhati mulia , berlapang dada, bersikap toleran terhadap musuh atau orang yang memusuhinya disaat ia berkuasa melakukan sekehendaknya."
Ia tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hatinya terhadap orang itu, bahkan dia memaafkan karena Allah semata - mata . orang yang berhati emas semacam itu tinggi kedudukannya disisi Allah swt.
    Jadi teman-teman memaafkan musuh atau orang yang memusuhi kita atau menyakiti kita adalah satu perbuatan yang sangat baik dan tinggi nilainya disisi Allah. Selain itu malahan menambah tinggi martabat dan derajat kita dipandangan masyarakat dan musuh. Jadi percayalah setiap kejadian pasti ada hikmah yang ingin Allah tunjukkan kepada kita. Maka dari itu kita sebagai umatnya hanya perlu bersabar dan berdoa. :D

Referensi:

  • Surbakti, EB. (2010). Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya. PT Elex Media Komputindo.Jakarta
  • http://akuislam.com/blog/renungan/dendam-dimalukan-dicaci-difitnah/
  • http://lexdepraxis.wordpress.com/2010/09/16/balas-dendam-itu-manis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar